HALAMAN MOTTO
“PACU KREATIIF, WUJUDKAN
PRESTASI”
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ini diajukan ultuk mengisi tugas akhir di smester ini.
Judul : “PENGARUH POLA MAKAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA
KELAS
XI
IPA 2 SMAN 1 BELAWA”
Penyusun
: 1. Nasrah Anjani (XI IPA 2)
2.
Nuryasma Wijayah (XI IPA 2)
Asal Sekolah : SMA NEGERI 1 BELAWA
Mengetahui,
Guru bidang studi Bahasa Indonesia
Gaswa, S.Pd
ABSTRAK
Menurut Harper (1986), pola makan (dietary pattern) adalah
cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok untuk memilih makanan dan
mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya
dan sosial. Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan
dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi
seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan
serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2004). Ilmuwan memperkirakan 75%
kanker bisa dicegah melalui diet yang lebih baik. Konsumsi makanan yang salah
dapat membuat tubuh kekurangan nutrisi-nutrisi vital yang diperlukan agar tubuh
dapat bekerja dengan baik. Kunci menuju kesehatan yang baik adalah diet yang
seimbang dan bervariasi(Weekes, 2008).
Pola
makan sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Sehingga penulis ingin
meneliti bagaimana pengaruh pola makan terhadap prestasi belajar siswa SMAN 1
BELAWA.setelah dilakukan penelitian kamipun tahu bahwa dari
semua hasil yang ada dapat kita ketahui bahwa rata-rata siswa kelas XI IPA 2
telah banyak mengetahui pola makan. Namu ada hal yang tidak mereka terapkan
dengan baik yakni waktu makan baik sarapan, makan siang, maupun makan malam.
Rata-rata dari mereka kurang memperhatikan waktu pola makan dan jumlahnya
sekitar 85 %.
Namun
jika kita tinjau dari makanan yang mereka konsumsi, kesadaran mereka tentang
makanan yang mereka konsumsi sudah sangat baik. Rata-rata mereka makan makanan
yang mengandung banyak gizi baik ketika sarapan, makan siang maupun makan
malam. Sehingga pada kategori pola makan dapat kita kategorikan baik dalam
kelas XI IPA 2.
`Selanjutnya
pada prestasi siswa. Rata-rata prestasi mereka cukup gemilang. Nilai mereka pun
bervariasi namun variasinya sangat baik karena jauh dari nilai KKM atau nilai
standar yakni 75. Nilai mereka semua diatas 80. Dan banyak pula diantara mereka
yang memiliki nilai 90 – 98 yang menandakan mereka sangat berprestasi.
Selain
itu dari kegiatan ekstrakurikuler mereka semua memiliki kegiatan
ekstrakurikuler. Setiap kegiatan yang dilaksanakan mereka sangat aktif mengikutinya.
Hal ini menandakan bahwa mereka juga tergolong siswa yang rajin. Hal ini sangat
menandakan bahawa siswa kelas XI IPA 2 merupakan siswa yang sangat berprestasi.
Maka
jika kita hubungkan dengan pola makan mereka, pola makan mereka dalam kategori
baik dan prestasinya pun dalamn kategori baik. Sehingga sapat dipastikan bahwa
pola makan dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan karunia-Nya, kepada
seluruh umat manusia, yang atas izin-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
penelitian ini yang berjudul “PENGARUH POLA MAKAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA KELAS XI IPA 2 SMAN 1 BELAWA” dapat selesai tepat pada waktunya.
Sejalan dengan dinamika
bangsa ini masih terus mencari cara yang lebih efektif untuk menghasilkan
generasi baru yang cerdas, maka dari itu penulis mendukung semua itu dengan
cara mencari sesuatu yang jarang ditampilkan dan banyak dipertanyakan salah
satunya dengan membuat penelitian ilmiah ini, yang dapat bermanfaat dengan
berbagai pokok masalah.
Dengan adanya penelitian
ilmiah ini, mudah-mudahan dapat mengembangkan pengetahuan sains para kaum
pelajar untuk lebih maju dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian tak lupa kami
tuturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
membimbing penulis, kepada :
PEMBIMBING, Gaswa, S.Pd
Kami sadar bahwa
penelitian ilmiah yang penulis buat ini, masih banyak memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan isi penelitian
ini, kami sambut dengan senang hati.
Belawa
27 MEI
2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
HALAMAN MOTTO................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
..................................................................
A.
Latar Belakang.................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah .............................................................. 2
C.
Tujuan Penelitian
................................................................ 2
D.
Manfaat
Penelitian ............................................................. 2
E.
Batasan
Penelitian .............................................................. 2
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA .........................................................
A.
LANDASAN TEORI......................................................... 3
B.
KERANGKA PIKIR......................................................... 4
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN..............................................
A.
Jenis Penelitian.................................................................... 6
B.
Lokasi penelitian.............................................................. 6
C.
Waktu dan tempat
penelitian.............................................. 6
D.
Populasi dan sampel........................................................ 6
E.
Sumber pengumpulan data............................................. 7
BAB IV HASIL
DAN PEMBAHASAN ..............................................
A.
HASIL ............................................................................... 8
B.
PEMBAHASAN................................................................ 12
BAB V PENUTUP................................................................................
A.
KESIMPULAN ................................................................. 13
B.
SARAN ............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ x
LAMPIRAN ............................................................................................... xi
A.
BIOGRAFI PENULIS ...................................................... xi
B.
LAMPIRAN
DOKUMENTASI KEGIATAN ................. xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Pengamatan Awal Kelinci ........................................................ 12
Tabel 3.2. Pengamatan Berat Kelinci Sebelum Diberikan Larutan
Kacang Hijau pada Hari
Pertama sampai dengan
Hari
Keempat .......................................................................... 12
Tabel 3.3. Pemberian Cairan
Kacang Hijau pada Kelinci Percobaan........ 14
Tabel 3.4. Pemberian Ekstak
Kacang Hijau dan Keadaan Asam Urat...... 15
Tabel 3.5. Pemberian
Ekstrak Sari Akar Belimbing dan
Keadaan
Asam Urat Pada Kelinci Percobaan........................... 16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Belimbing Wuluh ................................................................ 5
Gambar 2.2 Tanda
dan Gejala Asam Urat ................................................ 7
Gambar 2.3 Kelinci ................................................................................ 9
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Biografi
Penulis ...................................................................
Lampiran 2 Dokumentasi
Kegiatan ........................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan alam yang
sangat melimpah, baik kekayaan fauna maupun kekayaan floranya. Tidak salah lagi
bahwa di Indonesia terdapat banyak tumbuhan yang beraneka ragam lengkap dengan
ciri khasnya masing-masing. Hal ini disebabkan Indonesia terletak di garis
khatulistiwa dengan iklim tropis sehingga tanahnya subur dan cocok untuk
berbagai macam jenis tanaman.
Berbicara mengenai obat, sumber penggunaannya
dapat ditelusuri dari budaya dan konsep kesehetan dari beberapa prinsip
pandang. Di Indonesia sendiri, landasan ilmiah konsep pengobatan tradisional
belum di dokumentasikan secara sistematis, namun manfaatnya telah dirasakan
terutama oleh masyarakat yang hidupnya jauh dari fasilitas modern.
Di Indonesia penggunaan obat tradisional
yang lebih dikenal sebagai jamu, telah meluas sejak zaman nenek moyang hingga
kini dan terus dilestarikan sebagai warisan budaya. Bangsa Indonesia yang
terdiri dari berbagai suku bangsa, memiliki keanekaragaman obat tradisional
yang dibuat dari bahan-bahan alami bumi Indonesia, termasuk tanaman obat.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati jenis tumbuhan obat.
Manfaat keanekaragaman hayati tersebut bagi manusia sangat beragam seperti
sebagai obat, kosmetik, pengharum, penyegar, pewarna, dan penghasil senyawa
organik yang jenisnya dan jumlahnya tak terhingga.
Salah satunya adalah tanaman belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi). Belimbing wuluh merupakan tanaman yang memiliki
banyak kegunaan hampir disemua bagiannya karena memiliki banyak kandungan
komponen kimia seperti saponin, tanin, glukosida, kalsium oksalat, sulfur, asam
format, peroksidase pada batangnya, serta tannin, sulfur, asam format,
peroksidase, kalsium oksalat, kalium sitrat, flavonoid pada daunnya, dimana
diketahui bahwa komponen-komponen kimia tersebut memiliki khasiat
masing-masing.
Oleh karena itu, dilakukan penelitian
‘’PEMANFAATAN AKAR BELIMBING (AVERRHOA BILIMBI) TERHADAP PENURUNAN ASAM URAT (URIC ACID) PADA KELINCI BETINA
COKLAT (LEPUS CURPAEUMS).
Penelitian ini dilakukan atas dasar
terlalu banyaknya kenyataan terhadap penyakit asam urat baik masyarakat tingkat
bawah maupun masyarakat tingkat tinggi.
Kemampuan masyarakat bawah sangat minim untuk menjangkau berobat
dengan peralatan canggih. Inilah yang mendorong penulis untuk mencoba sekaligus
meneliti cara berobat secara tradisional sekaligus meneliti akar belimbing ini
guna untuk dijadikan solusi dalam menangani masalah tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan penulis
teliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Apakah akar belimbing wuluh menurunkan kadar asam urat
pada kelinci (Lepus Curpaeums)?
2.
Mengapa akar belimbing wuluh
dapat menurunkan asam urat ?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui apakah akar
belimbing dapat menurunkan asam urat pada kelinci (Lepus Curpaeums) yang
dibebani asam urat.
2.
Mengetahui mengapa akar
belimbing dapat menurunkan asam
D.
Manfaat Penelitian
1.
Dengan adanya penelitian,
penulis dapat mengetahui bahwa ternyata akar belimbing dapat menurunkan asam
urat.
2.
Dapat mengetahui manfaat
lain yang dapat disembuhkan dengan akar belimbing.
3.
Sebagai sarana latihan
menulis ilmiah.
4.
Sumber bacaan bagi
peneliti-peneliti yang relevan.
5.
Sebagai buku koleksi refrensi
di Perpustakaan.
E.
Batasan penelitian.
Kami tidak meneliti beberapa masalah di bawah ini meliputi
perolehan data dan informasi tentang :
1.
Tidak mampu meneliti
kandungan kimia pada akar belimbing.
2.
Tidak mampu menggeser
kemampuan obat-obat modern.
3.
Tidak mampu meneliti tentang
penyakit asam urat secara mendetail.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Tinjauan Obat Tradisional
Obat tradisional adalah obat yang
berasal dari tumbuhan, hewan, mineral atau sediaan geleniknya atau campuran
dari bahan-bahan tersebut yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan
dalam usaha pengobatan berdasarkan pengalaman. Jamu adalah obat yang berasal
dari tumbuhan, hewan, mineral dan sediaan galeniknya atau campuran dari bahan
tersebut yang digunakan dalam upaya pengobatan, berdasarkan pengalaman.
(Anonim, 1985).
Kacang
hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang cukup penting di Indonesia.
Sampai saat ini perhatian masyarakat kurangnya perhatian ini di antaranya
disebabkan oleh hasil yang dicapai per hektarnya masih sanagat rendah.
Tanaman
kacang hijau diduga berasal dari kawasan India dan telah lama dikenal dan
ditanam oleh petani di Indonesia. Kacang hijau memiliki beberapa kelebihan jika
dibandingkan dengan tanaman kacang-kacangan yang lain yaitu: lebih tahan
terhadap kekeringan,. hama dan penyakit relative sedikit, panen relatif cepat,
pada umur 55-60 hari, cara tanam dan pengelolaan dilapangannya serta perlakuan
pasca panen relative mudah, kegagalan panen total relatif kecil, harga jual
tinggi dan stabil, dan dapat dikonsumsi langsung dengan pengolahan yang mudah.
B.
Tinjauan Tanaman Belimbing Wuluh
1.
Klasifikasi
Gambar 2.1. Belimbing Wuluh
|
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa bilimbi
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa bilimbi
2. Uraian Tentang Tanaman Belimbing Wuluh
Pohon kecil, tinggi
mencapai 10 m dengan batang yang tidak begitu besar dan mempunyai garis tengah
hanya sekitar 30 cm. Pohon yang berasal dari Amerika tropis ini menghendaki
tempat tumbuh tidak ternaungi dan cukup lembab. Belimbing wuluh mempunyai
batang kasar berbenjol-benjol, percabangan sedikit, arahnya condong ke atas.
Cabang muda berambut
halus seperti beludru, warnanya coklat muda. Daun berupa daun majemuk menyirip
ganjil dengan 21 - 45 pasang anak daun. Anak daun bertangkai pendek, bentuknya
bulat telur sampai jorong, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, panjang
2 - 10 cm, lebar 1 - 3 cm, warnanya hijau, permukaan bawah hijau muda.
Perbungaan berupa malai,
berkelompok, keluar dari batang atau percabangan yang besar, bunga kecil-kecil
berbentuk bintang warnanya ungu kemerahan. Buahnya buah buni, bentuknya bulat
lonjong bersegi, panjang 4 - 6,5 ern, warnanya hijau kekuningan, bila masak
berair banyak, rasanya asam. Biji bentuknya bulat telur, gepeng.
Rasa buahnya asam,
digunakan sebagai sirop penyegar, bahan penyedap masakan, membersihkan noda
pada kain, mengkilapkan barang-barang yang terbuat dari kuningan, membersihkan
tangan yang kotor atau sebagai bahan obat tradisional. Perbanyakan dengan biji
dan cangkok
3. Kegunaan
Buah
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dapat dimanfaatkan sebagai sirup,
bumbu masakan atau sayur, membersihkan noda pakaian, mengkilatkan barang-barang
dari kuningan, dan sebagai bahan obat tradisional. Selain buah, daun dan
batangnya juga bisa dijadikan campuran obat. Ini lantaran beberapa zat kimia
yang terkandung pada tanaman seperti sponin, tanin, glucoside, kalsium oksalat,
sulfur, asal format, dan peroksidase yang terkandung pada batang belimbing
wuluh. Juga tanin, sulfur, asal sulfat, peroksidase, kalsium oksalat dan kalium
sitrat pada daunnya. Sedangkan buah belimbing wuluh sendiri berkhasiat sebagai
analgesik, dan diuretic.
Bunga
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dapat digunakan sebagai obat sariawan
dan batuk. Sedangkan daunnya dapat mengobati perut sakit, gondong (parotitis),
tekanan darah tinggi, dan rematik.
C.
Tinjauan Asam Urat
Gambar 2.2. Tanda asam urat
|
Secara
alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari
sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) atau pun
hewan (daging, jeroan, ikan sarden).
Jadi,
asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh
berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap
metabolisme normal dihasilkan asam urat.
1. ASAM URAT TINGGI (normal: L:
3,4-7,0 mg/dl, P: 2,4-5,7 mg/dl)
Asam urat dapat menimbulkan rematik/encok, sakit sendi lutut, pinggang,
punggung, pinggul, pundak, bahu, mengganggu prostat, saluran dan kandung kemih,
darah tinggi, menimbulkan batu ginjal, gagal ginjal, dapat memicu jantung
koroner dan diabetes mellitus/kencing manis.
Penderita
asam urat biasanya ditandai dengan seringnya mengalami kesemutan, linu
kesakitan atau nyeri sendi secara mendadak. Biasanya hal tersebut menyerang
satu sendi dan serangan awal lebih banyak dimulai pada sendi-sendi besar kaki.
Kebanyakan
serangan pertama terjadi pada malam hari menjelang pagi. Nyeri juga bisa
terjadi pada pergelangan kaki, lutut, jari tangan atau sendi lain. Selain itu
tanda dan gejala lainnya adalah sendi yang terkena asam urat terihat bengkak,
kemerahan, terasa panas dan nyeri luar biasa.
Penyebab penyakit Asam
urat adalah dikarenakan terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung
Purin,purin banyak terkandung dalam Jeroan, Sarden, kerangremis(seafod), bebek,
burung, angsa, kaldu daging, bayam, kembang kol, melinjo, minuman yang
mengandung alkohol juga makanan yang mengandung ragi dan lain sebagainya.
Kadar asam urat yang tinggi dalam darah antara
lain disebabkan kegagalan ginjal dalam membuang kelebihan asam urat dalam
darah. Kondisi ini juga bisa disebabkan karena faktor turunan.
D.
Tinjauan Kelinci
A.
Klasifikasi
Gambar 2.3. Kelinci
|
Kingdom : Animal
Divisio : Chordatata
Sub division : Vetebrata
Kelas : Mammalia
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Genus : Pentalagus Brachylagus
Bunolagus
Sylvilagus
Nesolagus
Oryctolagus
Romerolagus
Poelagus
Spesies : Sylvilagus Nuttali
Kelinci juga termasuk hewan yang unik,
karena makanan yang bercampur dengan kotoran tidak akan disentuhnya. Dan dia
akan suka kalau disuapi makanannya. Hewan ini termasuk juga hewan yang pintar,
mungkin karena ingsting yang begitu tajam sehingga dengan cepat akan mengetahui
nperubahab situasi, atau tempat makanannya tersimpan.
Kelinci dipilih sebagai percobaan dalam
penelitian penurunan asam urat karena struktur tubuhnya mirip dengan manusia
jadi, karena alasan itu kelinci dipilih menjadi kelinci percobaan.
BAB III
METODE DAN PERCOBAAN
Metode
percobaan yang digunakan adalah dengan menggunakan dua ekor kelinci, satu ekor
berfungsi sebagai kelinci percobaan, dengan satu ekor lagi merupakan kelinci
pembanding.
A.
Pemberian ekstrak kacang
hijau.
a.
Bahan Percobaan
Kacang hijau 1 liter,
air putih.
b.
Prosedur Percobaan
1)
Masak kacang hijau sampai
empuk, haluskan sehalus mungkin.
2)
Timbang 10 gr kacang hijau
yang sudah masak lalu buat konsentrat yang sesuai misalnya konsentrat 10%
adalah 10 gr kacang hijau dicampur dengan 100 gr air. Didihkan kembali, aduk
hingga rata.
3)
Selanjutnya hisap dengan
spoit lalu berikan pada kelinci percobaan namun sebelumnya buka dulu jarumnya.
B.
Pengetesan kadar asam urat
(Uric Acid)
a.
Alat dan Bahan
Alat pengambil darah,
kapas, alat pengetes asam urat (Nesco).
b.
Prosedur Percobaan
Ambil darah
kelinci, lalu tes dengan menggunakan alat tes asam urat (Nesco) tunggu sampai
stabil. Catat keadaan asam urat kemudian ulangi sampai 4 kali percobaan.
Tabel 3.1. Pengamatan
Awal Kelinci
No.
|
Keadaan kelinci
|
Kelinci percobaan
|
Kelinci pembanding
|
||
1.
|
Berat Badan
|
3 kg
|
|
2, 5 kg
|
|
2.
|
Lingkar Leher
|
25 cm
|
|
20 cm
|
|
3.
|
Lingkar Kepala
|
23 cm
|
|
18,3 cm
|
|
4.
|
Lingkar Badan
|
30 cm
|
|
25 cm
|
|
5.
|
Panjang Badan
|
44 cm
|
|
30 cm
|
|
6.
|
Panjang Telinga Kiri
|
10 cm
|
|
10 cm
|
|
7.
|
Panjang Telinga Kanan
|
11,5 cm
|
|
10 cm
|
|
8.
|
Umur Kelinci
|
6 bulan
|
|
6 bulan
|
|
9.
|
Tekanan Darah Kelinci
|
121/78
|
|
120/80
|
|
10.
|
Asam Urat ( Uric Acid
)
|
6,8 Mg/dL
|
|
6,5 Mg/dL
|
|
|
|
|
|
|
|
Kedua ekor
kelinci, baik kelinci percobaan maupun kelinci pembanding selama empat hari
diberikan makanan secara teratur dan proposional sebelum diberikan cairan
kacang hijau pada kelinci percobaan. Keadaan dua ekor kelinci tersebut tergabar
pada tabel berikut:
Tabel 3.2. Pengamatan Berat Kelinci Sebelum Diberikan Larutan
Kacang Hijau
pada Hari Pertama sampai dengan
Hari
Keempat
No
|
Hari/tanggal
|
Perubahan yang
terjadi
|
|||
Kelinci percobaan
|
Kelinci pembanding
|
||||
Sebelum makan
|
Sesudah makan
|
Sebelum makan
|
Sesudah makan
|
||
1.
|
Hari Pertama,
5 Januari 2014
|
1,5 kg
|
1,7 kg
|
1,3 kg
|
1,4 kg
|
2.
|
Hari Kedua,
6 Januari 2014
|
1,7 kg
|
1,8 kg
|
1,4 kg
|
1,5 kg
|
3.
|
Hari ketiga,
7 Januari 2014
|
1,8 kg
|
2,0 kg
|
1,5 kg
|
1,7 kg
|
4.
|
Hari Keempat,
8 Januari 2014
|
2,0 kg
|
2,2 kg
|
1,7 kg
|
1,8 kg
|
Dari tabel
diatas, diketahui bahwa berat badan kedua ekor kelinci tersebut setelah
diberikan makanan secara teratur dan proposional selama empat hari
berturut-turut mengalami kenaikan, seperti yang tergambar dalam tabel di atas.
Setelah
empat hari berlalu, maka kelinci percobaan diberikan cairan gula dengan
konsentrak tertentu selama tiga hari berturut-turut. Namun sebelumnya telah
telah diadakan uji tes kadar asam urat terhadap kedua ekor kelinci tersebut
sebelum disuntikkan cairan kacang hijau. Hasil tes kadar asam urat keduanya
adalah normal, yaitu 6,5 normal.
Tabel 3.3.
Pemberian Cairan Kacang Hijau pada Kelinci Percobaan
No
|
Waktu pemberian
|
Banyaknya cairan
kacang hijau yang diberikan
|
Konsentrat
|
f
|
Ket.
|
|
Hari/tanggal
|
Jam
|
|||||
1.
|
10 januari 2014
|
08.00
|
25 cc
|
20%
|
2 kali
|
Dalam 100 gr air tedapat
20 gr kacang hijau
|
2.
|
10 Januari 2014
|
16.00
|
30 cc
|
25%
|
2 kali
|
Dalam 100 gr air tedapat
25 gr kacang hijau
|
3.
|
11 Januari 2014
|
10.00
|
40 cc
|
25%
|
2 kali
|
Dalam 100 gr air tedapat
25 gr kacang hijau
|
4.
|
11 Januari 2014
|
17.00
|
45 cc
|
30 %
|
2 kali
|
Dalam 100 gr air tedapat
30 gr kacang hijau
|
5.
|
12 Januari 2014
|
10.10
|
50 cc
|
30 %
|
2 kali
|
Dalam 100 gr air tedapat
30 gr kacang hijau
|
6.
|
12 Januari 2014
|
15.00
|
55 cc
|
30%
|
2 kali
|
Dalam 100 gr air tedapat
30 gr kacang hijau
|
7.
|
13 Januari 2014
|
08.00
|
60 cc
|
40%
|
2 kali
|
Dalam 100 gr air tedapat
40 gr kacang hijau
|
8.
|
13 Januari 2014
|
17.15
|
70 cc
|
40%
|
2 kali
|
Dalam 100 gr air tedapat
40 gr kacang hijau
|
9.
|
14 Januari 2014
|
09.00
|
80 cc
|
40%
|
2 kali
|
Dalam 100 gr air tedapat
40 gr kacang hijau
|
Setelah
pemberian cairan kacang hijau selama tiga hari berturut-turut, maka dilakukan
lagi uji tes kadar asam urat pada kedua ekor kelinci tersebut. Hasilnya kelinci
percobaan kadar asam urat naik hingga 13,8, sedangkan pada kelinci pembanding
kadar asam uratnya normal.
Tabel 3.4. Pemberian
Ekstak Kacang Hijau dan Keadaan Asam Urat
No
|
Waktu pemberian
|
Banyaknya ekstrak
sari akar belimbing
|
Keadaan
|
|
Hari/tanggal
|
Jam
|
|||
1.
|
Pertama,
18 Januari 2014
|
08.00
|
20%
|
6,5
|
16.00
|
25%
|
|||
10.00
|
25%
|
|||
2.
|
Kedua,
19 Januari 2014
|
17.00
|
30 %
|
8,5
|
10.10
|
30 %
|
|||
15.00
|
30 %
|
|||
3.
|
Ketiga,
20 Januari 2014
|
08.00
|
20%
|
11,0
|
17.15
|
25%
|
|||
09.00
|
25%
|
|||
4.
|
Keempat,
21 Januari 2014
|
08.00
|
30 %
|
13,0
|
17.15
|
30 %
|
|||
09.00
|
30 %
|
Tabel 3.5. Pemberian Ekstrak Sari Akar
Belimbing dan
Keadaan Asam Urat Pada Kelinci
Percobaan
No
|
Waktu pemberian
|
Banyaknya ekstrat
sari akar belimbing
|
Keadaan
|
|
Hari/tanggal
|
Jam
|
|||
1.
|
Pertama,
22 Januari 2014
|
08.00
|
20%
|
13,0
|
12.30
|
25%
|
|||
14.30
|
25%
|
|||
2.
|
Kedua,
23 Januari 2014
|
08.30
|
30 %
|
9,0
|
13.30
|
30 %
|
|||
16.00
|
30 %
|
|||
3.
|
Ketiga,
24 Januari 2014
|
09.00
|
20%
|
7,5
|
12.40
|
25%
|
|||
17.30
|
25%
|
|||
4.
|
Keempat,
25 Januari 2014
|
08.40
|
30 %
|
6,5 normal
|
13.30
|
30 %
|
|||
17.30
|
30 %
|
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil
penelitian ternyata bahwa keadaan kedua ekor kelinci pada pengamatan awal
sebelum diberi cairan kacang hijau kemudian tabel pengamatan kedua ternyata
berat badan kedua kelinci tersebut selama 4 hari berturut-turut mengalami
kenaikan, seperti yang tergambar pada tabel tadi.
Setelah
empat hari berlalu, maka kelinci percobaan diberikan suntikan cairan kacang
hijau dengan konsentrat tertentu selama tiga hari berturut-turut. Namun
sebelumnya telah diadakan uji tes kadar asam urat kepada kedua ekor kelinci
tersebut sebelum disuntikkan cairan kacang hijau. Hasil tes asam urat keduanya
normal 6,5 ml/dL. Setelah pemberian suntikan cairan kacang hijau, maka kedua ekor
kelinci tersebut diberikan makanan ekstrak akar belimbing selama empat hari
berturut-turut. Ternyata hasilnya menunjukkan kadar asam urat kedua ekor
kelinci, baik kelinci percobaan, maupun kelinci pembanding mengalami penurunan.
Pada
kelinci percobaan mengalami penurunan ke normal, sedangkan kelinci pembanding
juga mengalami penurunan namun penurunannya melewati batas normal. Hal itu
menunjukkan bahwa ekstrak sari akar belimbing dapat dipergunakan sebagai obat
tradisional, yaitu untuk menurunkan kadar asam urat.
Meningkatnya kadar asam urat dalam darah yang
menjadi tinggi secara mendadak merupakan salah satu penyebab asam urat yang
utama. hal ini biasa terjadi setelah menyantap makanan yang mengandung kadar
asam urat yang tinggi. Oleh karena itu, arthritis gout ditandai dengan serangan
berulang dari arthritis (peradangan sendi) yang akut, kadang-kadang disertai
pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan tophus, deformitas
(kerusakan) sendi secara kronis dan cedera pada ginjal.
Asam
urat
merupakan sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang dikonsumsi.
Ini juga termasuk hasil samping dari pemecahan sel dalam darah. sedangkan purin
ialah zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh
makhluk hidup.
Dengan
kata lain, dalam tubuh makhluk hidup terdapat zat purin. karena manusia memakan
makhluk hidup itu, maka zat purin berpindah ke dalam tubuh manusia. Purin juga dihasilkan
dari hasil perusakan sel-sel tubuh yang terjadi secara normal atau karena
penyakit tertentu. Maka dari itu untuk meminimalisir tingginya
kadar asam urat harus melawannya dengan makanan yang rendah akan purin yaitu,
zat yang pada saat melalui metabolism berubah menjadi asam urat. Dari hasil
penelitian ekstrak akar belimbing dapat menurunkan kadar asam urat yang ada
dalam tubuh.
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Akar belimbing wuluh dapat dipakai untuk penurunan kadar asam
urat.
2. Akar belimbing wuluh dapat menurunkan kadar asam urat karena dapat
menurunkan kadar purin di dalam tubuh.
3. Kelinci digunakan sebagai percobaan, karena struktur tubuhnya
mirip dengan manusia.
4. Tanaman belimbing wuluh adalah tanaman yang banyak dijumpai di
daerah kita.
5. Kandungan kimia yang terdapat pada akar belimbing dapat
menyeimbangkan keadaan asam urat dalam tubuh kita.
6.
Adapun yang dimaksud dengan
penyakit asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang
berasal dari makanan yang kita konsumsi. Ini juga merupakan hasil samping dari
pemecahan sel dalam darah.
B.
SARAN
1.
Penelitian yang lebih lanjut
perlu digalakkan demi pelayanan kepada masyarakat tingkat rendah.
2.
Pelayanan murah dan mandiri
bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Dipiro, Catmiko. 2005. “Efek Obat Keras”. PT. Gramedia: Jakarta
Harper, Donn, dkk. 2003. “Gliserosil”, Menset: USA
Price, W. 1995. ”Uric Acid” Menez”, USA
Sunaryo, 1995. “Urine Metil 70% Diuretik”. Batara:
Jakarta
Syamsuhidayat dan Hutapea, 1993. “The Medicen Herbal”. PT. Bumi Permata;
Yogyakarta.
Tjay dan Rahaja, 2002. “Antibiotik”. PT. Gramedia: Jakarta
Tjitrosoepomo, 2002. “Klasifikasi Tumbuhan”. Bina Aksara:
Jakarta
aku minta ijin untuk copy ya kak
BalasHapusharga scania