KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan karunia-Nya,
kepada seluruh umat manusia, yang atas izin-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “KOROSI” ini dapat
selesai tepat pada waktunya.
Sejalan dengan dinamika
bangsa ini masih terus mencari cara yang lebih efektif untuk menghasilkan
generasi baru yang cerdas, maka dari itu penulis mendukung semua itu dengan
cara mencari sesuatu yang jarang ditampilkan dan banyak dipertanyakan salah
satunya dengan membuat makalah ini, yang dapat bermanfaat dengan berbagai pokok
masalah.
Dengan adanya makalah,
mudah-mudahan dapat mengembangkan pengetahuan sains para kaum pelajar untuk
lebih maju dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian tak lupa kami
tuturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
membimbing penulis, kepada :
PEMBIMBING, NURHAPIDA, S.Pd.
Kami sadar bahwa
penelitian ilmiah yang penulis buat ini, masih banyak memiliki kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan isi penelitian
ini, kami sambut dengan senang hati.
Belawa,
15 SEPTEMBER 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
KATA
PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR
ISI .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................
A.
Latar Belakang.................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah .............................................................. 1
C.
Tujuan................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................
A.
PENGERTIAN KOROSI.................................................. 2
B.
FAKTOR TERJADINYA KOROSI................................. 2
C.
BENTUK-BENTUK KOROSI.......................................... 5
D.
PROSES TERJADINYA KOROSI.................................. 7
E.
CARA PENCEGAHAN KOROSI................................... 9
BAB III PENUTUP................................................................................
A.
KESIMPULAN ................................................................. 14
B.
SARAN ............................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita akan sering menjumpai logam. Logam yang
berumur lama akan identik dengan perkaratan. Istilah lain dalam perkaratan
adalah adalah korosi. Proses korosi terjadi hampir pada semua material terutama
logam. Korosi dapat menyebabkan suatu material mempunyai keterbatasan umur
pemakaian, dimana material yang diperkirakan untuk pemakain dalam waktu lama
ternyata mempunyai umur yang lebih singkat dari umur pemakaian rata-ratanya.
Korosi atau perkaratan adalah reaksi
redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungan yang menghasilkan
senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Korosi atau perkaratan sangat lazim
terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi
merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat
berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.
Dampak dari peristiwa korosi bersifat
sangat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya jembatan, bodi mobil, ataupun
berbagai konstruksi dari besi lainnya. Untuk itu kita harus mengetahui lebih
lanjut tentang korosi. Baik itu pengertian, faktor-faktor yang menyebabkan
sampai pada cara pencegahannya.
2.
RUMUSAN MASALAH
Dengan
adanya makalah ini, ada beberapa masalah yang akan dibahas antara lain:
1. Bagaimana
proses terjadinya korosi ?
3. TUJUAN
Dari
rumusan masalah dapat diketahui tujuan dari
disusunnya makalah ini yaitu:
1. Mengetahui
proses terjadinya korosi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
KOROSI
Kata korosi berasal
dari bahasa latin “corrodere” yang
artinya pengrusakan logam atau perkaratan.
Korosi adalah peristiwa rusaknya logam karena reaksi
dengan lingkungannya (Roberge, 1999). Definisi lainnya adalah korosi merupakan rusaknya logam
karena adanya zat penyebab korosi, korosi adalah fenomena elektrokimia dan
hanya menyerang logam (Gunaltun, 2003). Dalam bahasa sehari-hari korosi disebut dengan
perkaratan.
Korosi atau perkaratan adalah reaksi
redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungan yang menghasilkan
senyawa-senyawa yang tak dikehendaki. Korosi atau perkaratan sangat lazim
terjadi pada besi. Besi merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi
merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat
berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori.
B. FAKTOR-FAKTOR
YANG MENYEBABKAN TERJADINYA KOROSI
1. Uap
air
Dilihat dari reaksi yang
terjadi pada korosi, air merupakan salah satu faktor penting untuk
berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak mengandung uap air (lembab)
akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.
2. Oksigen
Udara yang banyak mengandung
gas oksigen akan menyebabkan terjadinya korosi. Korosi besi terjadi apabila ada
oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon yang
menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan
perbedaan potensial listrik antara atom logam dengan atom karbon (C).
Atom logam besi (Fe) bertindak
sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam
air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat
berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2
dan H2O yang mengalami kontak dengan permukaan logam, maka semakin cepat
berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.
3. Larutan
Garam
Elektrolit (asam atau garam)
merupakan media yang baik untuk melangsungkan transfer muatan. Air hujan banyak
mengandung asam, dan air laut banyak mengandung garam, maka air hujan dan air
laut merupakan korosi yang utama.
4. Permukaan
logam
Permukaan logam yang tidak
rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan, yang akhirnya akan berperan
sebagai anode dan katode. Permukaan logam yang licin dan bersih akan
menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutub-kutub yang akan
bertindak sebagai anode dan katode.
5. Keberadaan
zat pengotor
Zat Pengotor di permukaan
logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan sehingga lebih
banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon
dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi
gas oksigen pada permukaan logam. Dengan demikian peristiwa korosi semakin
dipercepat.
6. Kontak
dengan elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti
garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan menambah terjadinya
reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang besar dapat melakukan
laju aliran elektron sehingga korosi meningkat.
7. Temperatur
Temperatur mempengaruhi
kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum, semakin tinggi temperatur
maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya
temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan
terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan demikian
laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh
pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang
dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat gesekan atau dikenai panas secara
langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).
8. Tingkat
keasaman (pH)
Peristiwa korosi pada kondisi
asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya reaksi reduksi
tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- → H2
2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan
pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang teroksidasi sehingga laju
korosi pada permukaan logam semakin besar.
9. Metalurgi
·
Permukaan logam.
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan
memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.Permukaan logam yang
kasar cenderung mengalami korosi.
·
Efek galvanic coupling
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur
lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic
Coupling , yakni timbulnya perbedaan potensial pada permukaan logam akibat
perbedaan E° antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan terdapat pada
permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi pada permukaan
logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada daerah anode.
10. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada
permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada logam. Hal ini
disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi
redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang
mampu menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida,
bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida.
C. BENTUK-BENTUK
KOROSI
1. Korosi Merata
(Uniform Attack) :
Yaitu korosi yang terjadi pada
permukaan logam yang berbentuk pengikisan permukaan logam secara merata
sehingga ketebalan logam berkurang sebagai akibat permukaan terkonvensi oleh
produk karat yang biasanya terjadi pada peralatan-peralatan terbuka, misalnya
permukaan luar pipa.
2.
Korosi Galvanik (Galvanic corrosion) : Bentuk korosi ini terjadi bila dua (atau lebih)
logam yang berbeda secara listrik berhubungan satu sama lainnya berada dalam
lingkungan korosif yang sama. Dalam kasus demikian, logam yang berpotensial
paling negatif (dalam keadaan tidak berhubungan) akan terkorosi, sebaliknya
logam lain (logam mulia dengan potensial tinggi akan kurang terkorosi). Korosi
galvanik cenderung terlokalisir ke arah pembentukan sumuran, dan dalam sistem
pipa akan terjadi kebocoran-kebocoran. Ini hanyalah merupakan masalah
perencanaan karena dalam pabrik, sistem pipa dan rangka banyak melibatkan
pemakaian lebih dari satu macam metal. Oleh karena itu harus diusahakan
pemakaian paduan logam yang berbeda-beda, agar tidak sampai menimbulkan masalah
korosi.
3. Korosi Sumuran (Pitting)
: Korosi sumuran termasuk korosi
setempat dimana daerah kecil dari permukaan metal, terkorosi membentuk sumuran.
Biasanya kedalaman sumur lebih besar dari diameternya. Mekanisme terbentuknya
korosi sumuran,sangat kompleks dan sulit diduga, sungguhpun demikian ada
situasi tertentu dimana korosi sumuran dapat diantisipasi :
·
Pada
baja karbon yang dilapisi oleh mill scale dibawah kondisi tercelup (air laut)
akan terbentuk beda potensial antara mill scale dan baja hingga pecahnya mill
scale mengarah pada situasi anode kecil / katoda besar.
·
Pada
paduan yang mengandalkan pada lapis pasif untuk sifat tahan korosinya seperti
stainless steel. Dari segi praktis korosi sumuran terbentuk di dalam air
mengandung chloride, oleh karena itu sering terjadi pada kodisi dilingkungan
laut.
4.
Korosi Erosi : Gerakan air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi
mekanis misalnya erosi (pengikisan). Immpingement attack dan cavitation adalah
bentuk extrem dari tipe korosi ini. Korosi erosi cenderung mengarah pada
penghilangan lapis protektif dari permukaan metal oleh aksi partikel abrasive
yang ada di dalam air. Umumnya laju serangan korosi membesar dengan membesarnya
kecepatan. Ada lagi bentuk erosi atau mekanisme lain, misalnya korosi lembaran
baja yang terpancang di pantai, dipengaruhi oleh aksi abrasive dari pasir,
dibantu oleh aksi pasang/surut atau angin. Pada kasus ini lapis protektif
dihilangkan.
5.
Impingement Attack : Seperti namanya bentuk serangan terjadi ketika larutan menimpa dengan
kecepatan cukup besar pada permukaan metal. Hal ini dapat terjadi pada sistem
pipa dimana perubahan arah tiba-tiba dari aliran pada lingkungan dapat
mengakibatkan kerusakan bagian lain dari pipa tidak terpengaruh. Bentuk korosi
ini akan terjadi pada setiap situasi dimana ada impingement
(timpa,bentur,tekan) air yang biasanya mengandung gelembung udara pada
kecepatan serendah 1 m/s.
6.
Perusakan Cavitasi : Bentuk perusakan korosi ini disebabkan oleh terbentuk dan pecahnya
gelembung di dalam air laut, pada permukaan metal. Kondisi pada kecepatan
tinggi dan perubahan tekanan cenderung menimbulkan korosi cavitasi. Serangan
biasanya terlokalisir dan terjadi di daerah tekanan rendah, air bergejolak
(boil) dan terbentuk dari partikel vacumm. Bila air kembali ke tekanan normal,
cavity pecah, dengan membebaskan energi. Hal ini mengarah pada perusakan
permukaan paduan logam.
7.
Korosi Celah (Crevice Corrosion) : Korosi ini terbentuk apabila terbentuk celah
antara dua permukaan dengan bagian dalam celah lebih anodic dari permukaan
luar. Pada dasarnya korosi celah timbul dari formasi differensial aeration
cell, dimana metal yang terexpose di luar crevice lebih katodic terhadap metal
di dalam celah. Arus katodic yang besar bekerja pada daerah anodic yang kecil
menghasilkan serangan korosi yang intensif.
D. PROSES
TERJADINYA KOROSI PADA BESI
|
Proses perkaratan (korosi) adalah reaksi
elektrokimia (redoks). Pada permukaan besi (Fe) bisa terbentuk bagian anoda dan
katoda yang disebabkan oleh dua hal :
1. Perbedaan
konsentrasi oksigen terlarut pada permukaan besi
•
Tetesan air
pada permukaan besi mengandung perbedaan konsentrasi oksigen terlarut. Pada
bagian pinggir mengandung lebih oksigen terlarut, sehingga di bagian ini
bertindak sebagai katoda (reaksi reduksi). Pada bagian tengah tetesan oksigen
terlarut relatif sedikit sehingga bagian ini bertindak sebagai anoda (reaksi
oksidasi).
Fe → Fe2+ + 2e-
•
Ion Fe2+
bergerak ke katoda dan teroksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+ / besi
(III) dalam senyawa besi (III) oksida terhidrat. Dengan adanya garam (oksida
asam) atau zat elektrolit akan mempercepat reaksi perkaratan.
2. Tercampur besi
oleh karbon atau logam lain yang mempunyai
E0 reduksi lebih
besar dari besi
Karena E0 reduksi
besi lebih kecil dari logam tersebut, maka besi akan teroksidasi (anoda), hal
ini dapat menyebabkan terjadinya korosi atau menghasilkan karatan besi. Secara
keseluruhan perkaratan besi adalah sebagai berikut :
Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan
air yang bersifat asam, yakni oksida-kosida berikut akan terjadi :
Fe
+ ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi setengah redoksnya :
Katode : ½ O2 + 2H+ + 2e-
→ H2O E0= + 1,23 volt
Anode : Fe →Fe2+ + 2e- E0= + 0,44 volt
Fe + ½ O2 + 2H+
→ Fe2+ + H2O E0=+1,67
volt
Reaksi di atas berlangsung spontan
Besi (II) itu seterusnya dioksidasi oleh
oksigen membentuk karat besi atau oksida besi (III) terhidrasi. Reaksinya :
Katode : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O E0= + 1,23 volt
Anode : 2Fe2+ → 2Fe3+ + 2e-
E0= - 0,77 volt
Reaksi
sel : 2Fe2+ +½ O2 +
2H+ → 2Fe3+ + H2O E0= + 0,46 volt
Reaksi tersebut merupakan reaksi spontan,
selanjutnya :
2Fe3+ + ( x+3) H2O →
Fe2O3.x H2O + 6 H+
Fe2O3.x
H2O inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H+
yang dihasilkan dapat mempercepat reaksi korosi selanjutnya. Ion Fe di dalam akan teroksidasi lagi membentuk Fe2+
atau Fe3+ . Sedangkan ion OH akan bereaksi dengan
elektrolit yang ada di lingkungan biasanya dengan ion H+ dari reaksi
air hujan dan dengan gas-gas pencemar (SOx, NOx) yang dikenal dengan
hujan asam.
Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir terbentuk Fe2O3.x(H2O).
Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir terbentuk Fe2O3.x(H2O).
Zat ini dapat bertindak sebagai autokatalis
pada proses perkaratan, yaitu karat yang dapat mempercepat proses perkaratan
berikutnya. Pada umumnya logam-logam yang mempunyai potensial elektroda negatif
lebih mudah mengalami korosi. Logam mulia, logam yang mempunyai potensial
elektroda positif, sukar mengalami korosi. Kedudukan logam dalam deret
potensial bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan korosi. Faktor lain yang
turut juga menentukan ialah lapisan pada permukaan logam. Alumunium dan seng
mudah dioksidasi dalam udara, akan tetapi lapisan tipis dari oksida yang
terbentuk pada permukaan melindungi bagian bawahnya terhadap korosi
selanjutnya.
Kedua logam ini, alumunium dan
seng mengalami oksidasi yang kurang sempurna di udara jika dibandingkan dengan
besi yang kurang aktif. Karat yang terbentuk di permukaan besi merupakan
lapisan tipis yang berpori sehingga bagian bawahnya mudah mengalami korosi.
E. CARA-CARA
PENCEGAHAN KOROSI
Korosi menimbulkan banyak kerugian
Karena menguraikan umur berbagai barang atau bangunan yang menggunakan besi
atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja
tahan karat (stainless steel).akan tetapi, proses ini terlalu mahal
untuk kebanyakan penggunaan besi.
Kita ketahui bahwa korosi besi memerlukan
oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui pula bahwa berbagai jenis logam dapat
melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang akan
dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.
1. Mengecat
Jembatan,
pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak besi dengan
udara dan air.
2. Melumuri dengan oli dan gemuk
Cara
ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak
besi dengan air.
3. Dibalut denagn plastik
Berbagai
macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan pelastik.
Pelastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.
4. Tin plating (pelapisan
dengan timah)
Kaleng-kaleng
kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan
secara elektrolisis, yang disebut electroplating. timah tergolong logam
yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami korosi karena tidak
ada kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi, lapisan timah hanya
melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah
ada yang rusak,misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat
korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negativ dari
pada timah (EO Fe = -0,44 volt; E0 Sn =
-0,14 volt). Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk
suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Denagan demikian, timah
mendorong korosi besi. Akan tetapi, hal itu justru yang diharapkan, sehingga
kaleng-kaleng bekas cepat hancur.
5. Cromium plating (pelapisan
dengan kromium)
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan
kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper
mobil. Chromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti
zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang
rusak.
6.
Zink Plating
Penyepuhan besi biasanya menggunakan
logam krom atau timah. Kedua logam ini dapat membentuk lapisan oksida yang
tahan terhadap karat (pasivasi) sehingga besi terlindung dari korosi. Pasivasi
adalah pembentukan lapisan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang
tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut.
Logam seng juga digunakan untuk melapisi besi (galvanisir),
tetapi seng tidak membentuk lapisan oksida seperti pada krom atau timah,
melainkan berkorban demi besi. Seng adalah logam yang lebih reaktif dari besi,
seperti dapat dilihat dari potensial setengah reaksi oksidasinya:
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e–
|
Eo = –0,44 V
|
Fe(s) → Fe2+(g) + 2e–
|
Eo = –0,76 V
|
Oleh
karena itu, seng akan terkorosi terlebih dahulu daripada besi. Jika pelapis
seng habis maka besi akan terkorosi bahkan lebih cepat dari keadaan normal
(tanpa seng). Paduan logam juga merupakan metode untuk mengendalikan korosi.
Baja stainless steel terdiri atas baja karbon yang mengandung sejumlah kecil
krom dan nikel. Kedua logam tersebut membentuk lapisan oksida yang mengubah
potensial reduksi baja menyerupai sifat logam mulia sehingga tidak terkorosi.
7. Proteksi katodik
Proteksi
katodik adalah metode yang sering diterapkan untuk mengendalikan korosi besi
yang dipendam dalam tanah, seperti pipa ledeng, pipa pertamina, dan tanki
penyimpan BBM. Logam reaktif seperti magnesium dihubungkan dengan pipa besi.
Oleh karena logam Mg merupakan reduktor yang lebih reaktif dari besi, Mg akan
teroksidasi terlebih dahulu. Jika semua logam Mg sudah menjadi oksida maka besi
akan terkorosi. Proteksi katodik ditunjukkan pada Gambar 3.
Anode
|
:
|
2Mg(s)
→ 2Mg2+(aq) + 4e–
|
Katode
|
:
|
O2(g)
+ 2H2O(l) + 4e– → 4OH–(aq)
|
Reaksi
|
:
|
2Mg(s)
+ O2(g) + 2H2O → 2Mg(OH)2(s)
|
Oleh sebab
itu, logam magnesium harus selalu diganti dengan yang baru dan selalu diperiksa
agar jangan sampai habis karena berubah menjadi hidroksidanya.
8.
Penambahan
Inhibitor
Inhibitor
adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam suatu lingkungan korosif dengan
kadar sangat kecil (ukuran ppm) guna mengendalikan korosi. Inhibitor korosi
dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme pengendaliannya, yaitu inhibitor
anodik, inhibitor katodik, inhibitor campuran, dan inhibitor teradsorpsi.
1) Inhibitor
anodic
Inhibitor anodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan
korosi dengan cara menghambat transfer ion-ion logam ke dalam air. Contoh
inhibitor anodik yang banyak digunakan adalah senyawa kromat dan senyawa
molibdat.
2) Inhibitor
katodik
Inhibitor katodik adalah senyawa kimia yang mengendalikan
korosi dengan cara menghambat salah satu tahap dari proses katodik, misalnya
penangkapan gas oksigen (oxygen scavenger) atau pengikatan ion-ion hidrogen.
Contoh inhibitor katodik adalah hidrazin, tannin, dan garam sulfit.
3) Inhibitor
campuran
Inhibitor
campuran mengendalikan korosi dengan cara menghambat proses di katodik dan
anodik secara bersamaan. Pada umumnya inhibitor komersial berfungsi ganda,
yaitu sebagai inhibitor katodik dan anodik. Contoh inhibitor jenis ini adalah
senyawa silikat, molibdat, dan fosfat.
4) Inhibitor
teradsorpsi
Inhibitor teradsorpsi umumnya senyawa organik yang dapat
mengisolasi permukaan logam dari lingkungan korosif dengan cara membentuk film
tipis yang teradsorpsi pada permukaan logam. Contoh jenis inhibitor ini adalah
merkaptobenzotiazol dan 1,3,5,7–tetraaza–adamantane.
Peristiwa
korosi sendiri merupakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksi
kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi
berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang
lain sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda). Elektron mengalir
dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi.
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan
air yang bersifat asam, yakni oksida-kosida berikut akan terjadi :
Fe + ½ O2 + 2H+
→ Fe2+ + H2O
Ion Fe teroksidasi membentuk Fe2+
atau Fe3+ sedangkan ion OH akan bereaksi dengan elektrolit yang ada di lingkungan
biasanya dengan ion H+ dari reaksi air hujan dan dengan gas-gas
pencemar (SOx, NOx). Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di
oksidasi dan sebagai hasil reaksi akhir terbentuk Fe2O3.x(H2O).
2.
SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
setiap pembaca dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk lebih kreatif dalam
penyusunan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Suroso, Asih, dkk.2011.
Kimia untuk SMA/MA Kelas XII Semester 1. Aspirasi
Purba,
Michael.2007. KIMIA untuk Kelas XII. Jakarta : Erlangga
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
makasih kak sudah berbagi contoh makalahnya
BalasHapusmobil beko terbesar di dunia